Wanaseya STMKG kembali melakukan ekspedisi ditahun 2018, kali ini ekspedisi dilakukan di Gunung Sindoro yang berada di daerah Temanggung dan Wonosobo Jawa Tengah dengan ketinggian 3.150 mdpl pada tanggal 27 agustus 2018 hingga 30 agustus 2018 yang bertepatan dengan minggu pertama libur akhir semester. Ekspedisi merupakan kegiatan yang harus ditempuh oleh pra anggota wanasetya XV untuk menjadi anggota muda Wanasetya XV.

 

SENIN, 27 AGUSTUS 2018

Awal perjalanan kami dimulai pukul 16:00 WIB WIB di halaman GOR Ar Rayyan untuk berkumpul dan memeriksa barang bawaan yang diperlukan, setelah semuanya lengkap kami melakukan pengarahan untuk panitia dan berdoa bersama sebelum berangkat supaya perjalanan kami lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Kami berangkat menggunakan angkot menuju terminal Ciputat dan beristirahat sejenak di terminal Ciputat sambil menunggu keberangkatan bus menuju SPBU Ngasinan. Pukul 19:00 setelah dipastikan semuanya telah melaksanakan Sholat Maghrib dan Isya serta tidak ada yang tertinggal baik barang bawaan maupun paitia dan peserta kamipun melanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju SPBU Ngasinan.

 

SELASA, 28 AGUSTUS 2018

Setelah menempuh perjalanan sekitar 9-10 jam kami tiba di SPBU Ngasinan dan langsung memeriksa barang bawaan serta beristirahat sambil mengunggu kumandang adzan Shubuh. Pukul 06:00 WIB kami melakukan kegiatan sosial berupa permintaan donasi untuk Korban Gempa di Lombok dengan membagi dua anggota dimana sebagian kecil dari kami bertugas untuk menjaga barang bawaan di SPBU Ngasinan.

 

Donasi yang kami lakukan yaitu dengan meminta keikhlasan warga sekitar Wonosobo untuk berdonasi dengan membagi kelompok menjadi 2 untuk menepati titik-titik yang telah ditentukan seperti pesimpangan lampu lalu lintas dan pasar. Sekitar pukul 09:00 WIB kami menghentikan kegiatan donasi dan menghitung hasilnya yaitu sekitar Rp.1.329.00,- yang akanami salurkan melalui ACT (Aksi Cepat Tanggap). Setelah itu kami melakukan pengecekan kembali terhadap barang bawaan dan membagikan konsumsi pada masing-masing kelompok kemudian kami berangkat menuju Basecamp Pajero Alang-Alang Sewu sekitar pukul 10:00 WIB. Kelompok yang melalui jalur Alang-Alang Sewu adalah :

  1. Kak Satria (Ceba)
  2. Kak Eko (Ringin)
  3. Kak Tina (Mindi)
  4. Kak Alfan (Epek)
  5. Danu
  6. Raisan
  7. Risa
  8. Hendi
  9. Tomo

 

~ Basecamp Pajero Alang-Alang Sewu – Pos 1 (Lembah Kesunyian)

Pukul 11:00 WIB kami tiba di Basecamp Pajero Alang-Alang Sewu untuk melakukan registrasi dengan membayar sekitar Rp.10.000,- per orang. Sebelum melakukan pendakian kami makan terlebih dahulu dan melakukan pemanasan serta berdoa.

Pukul 11:50 WIB kami memulai pendakian dari basecamp menuju pos 1. Awal perjalanan masih merupakan perkampungan dan perkebunan dengan jalan sedikit menanjak sampai sekitar pukul 12:15 WIB kami mulai memasuki hutan yang ditandai dengan adanya gapura bertuliskan “Santune Laku Slamete Jiwa Raga” dan jalanan pun mulai dipenuhi banyak pohon dengan banyak tanjakan serta kondisi tanah padat tanpa kerikil. Diperjalanan ini kami memiliki kendala dimana salah satu dari kami mengalami cedera keram pada kaki namun dengan ketanggapan dan kerjasama semua anggota kemlompok kami dapat melaluinya. Hingga akhirnya kami tiba di pos 1 pukul 13:15 WIB kami beristirahat sekitar 15 menit. Kondisi di Pos 1 sangatlah sunyi dengan lahan tidak terlalu luas yang  hanya memungkinkan untuk mendirikan satu tenda saja tetapi banyak pohon dan alang alang disekitarnya.

 

~ Pos 1 (Lembah Kesunyian)- Simpang Nggopitan

Setelah beristirahat Sekitar Pukul 13:30 kami melanjutkan perjalanan menuju Simpang Nggopitan dengan rintangan yang sedikit sulit karena kondisi jalan yang berdebu serta menanjak namun masih banyak pohon dan alang alang di sepanjang jalan. Kami berjalan sedikit pelan dikarenakan menyesuaikan salah satu anggota kelompok yang masih mengalami keram. Pukul 13.30 kami tiba di Simpang Nggopitan dan beristirahat. Kondisi di Simpang Nggopitan memiliki lahan yang lebih luas yang memungkinkan 2-3 tenda dapat didirikan disana. Simpang Nggopitan juga memiliki persimpangan jalan dimana ke arah utara merupakan jalan menuju puncak dan kearah timur laut adalah jalan sepanjang 100 meter menuju sumber air dengan panjang degan kondisi jalan setapak berdebu, naik turun dan begian kanan merupakan jurang. Karena tidak jauh dari sumber air, kami melakukan Sholat dzuhur yang dijamak dengan Sholat Ashar di Simpang Nggopitan. Kemudian kami membuka perbekalan dan makan disana untuk memulihkan tenaga.

 

~ Simpang Nggopitan – Pos 2 (Lembah Katresnaan)

Pukul 14:15 kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 dimana jalaannya merupakan tanjakan dengan tangga kayu yang disusun kemudian dilanjutkan dengan tanah berdebu namun disepanjang jalan masih terdapat banyak pohon dan alang-alang. Perjaanan dari simpang Nggopitan menuju Pos 2 sekitar 1 jam. Karena kami sudah bersitirahat lama kamipun tidak beristirahat di Pos 2 tetapi hanya melewatinya saja. Kondisi di pos 2 sangat luas dan dapat digunakan untuk mendirikan belasan tenda, dengan kondisi tanah padat sedikit berumput dan dikelilingi oleh  pohon-pohon dan alang-alang.

 

~ Pos 2 (Lembah Katresnaan) – Pos 3 (Sunrise Hunter)

Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalanan berdebu dengan tanah membentuk tangga yang menanjak dan dipenuhi oleh banyak pohon serta alang-alang. Setelah berjalan sekitar 40 – 50 menit pepohonan mulai hilang dan hanya alang-alang disepanjang jalanan yang menanjak cukup panjang. Setelah pukul 16:00 WIB kami tiba di Pos 3  yang merupakan sunrise hunter dengan kondisi sangat luas dan banyak sekali alang alang tetapi tidak ada pohon sama sekali. Disana dapat didirikan banyak tenda dan sudah ada beberapa tempat yang disediakan untuk tenda. Selain itu disana juga terdapat batu besar dengan berhadapan langsung ke Gunung Sumbing yang dapat digunakan untuk latar berfoto.

Tanpa banyak buang waktu, kami langsung membangun tenda dengan menentukan lokasi yang aman. Pada awalnya kami fikir angin malam akan terasa tetapi ternyata angin malam tidak terlalu kencang saat itu, sehingga kami dapat memasak dan berfoto dengan tenang.

Saat malam tiba, kami melaksanakan Sholat maghrib dan Isya kemudian makan malam dengan disuguhi langit malam yang indah penuh bintang dan awan galaksi yang kemudian disusul dengan terbitnya bulan purnama berwarna jingga dari arah timur.

Setelah pukul 21:00 WIB kamipun beristirahat dengan menggunakan pakaian tebal karena suhu disana sangat dingin dan mencapai 130C

 

RABU, 29 AGUSTUS 2018

 

~ Pos 3 (Sunrise Hunter) – Pos 4 (Labirin Stone)

Pukul 02:00 WIB kami bangun dan mulai memasak serta sarapan. Sekitar pukul 03:30 WIB kami mulai berkemas dan memastikan agar semua barang bawaan tidak tertinggal dan setelah masuk wake shubuh kami melaksanakan shalat shubuh terlebih dahulu kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4 dengan diawali doa. Pukul 05:15 WIB kami memulai perjalanan dari pos 3 menuju pos 4 cukup panjang dengan tanjakan yang terjal dan jalanan yang dipenuhi alang-alang serta sesekali terlihat pohon-pohon dan batu-batu besar yang memiliki bentuk yang unik. Meskipun jalanan terjal dan berdebu, tetapi pemandangan yang disajikan sangat indah karea langsung berhadapan dengan Gunung Sumbing tetapi diperjalanan ini kita tidak dapat melihat matahari terbit. Pukul 06:30 WIB di Pos 4 kami beristirahat sejenak dengan kondisi disana sedikit luas dengan ada batu yang berjejer.

 

~ Pos 4 (Labirin Stone) – Kazu Wazang

Setelah beristirahat, sekitar pukul 06:40 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Jalanan menuju puncak cukup panjang dengan tanjakan yang terjal serta jalanan penuh alang-alang yang tinggi serta batu-batu besar yang berjejer. Meskipun jalanan cukup panjang tetapi masih ada beberapa titik jalan yang cukup luas yang sesekali kami beristirahat di tempat tersebut. Sekitar pukul 07: 20 WIB kami tiba di di Kazu Wazang, yaitu tempat penuh pohon dan alang alang yang mati serta tercium bau belerang yang tajam karena di sekitar situ terdapat titik-titik kawah.

 

~ Kazu Wazang – Puncak

Di Kazu Wazang kami tidak berlama-lama karena bau belerang yang sangat menyengat. Kami segera melanjutkan perjalanan menuju puncak. Jalanan menuju Puncak sangat terms dengan tanah berdebu dan dipenuhi oleh batu kerikil serta bau belerang yang tercium menyengat. Akhirnya pukul 08:00 WIB kita tiba di Puncak Sindoro.

Di Puncak kami beristirahat dan kemudian melakukan pelantikan Anggota Muda terhadap Pra Anggota Wanasetya XV kemudian berfoto dan turun sekitar pukul 11:43 WIB melalui jalur Kledung.

 

~ Puncak – Sunrise Hunter Bansari

Dari Puncak menuju sunrise hunter bansari turun sekitar 3 jam dengan jalur terjal berkelok dan tanah berdebu dengan batuan-batuan. Setelah melalui perjalanan yang cukup berat kami tiba di Sunrise hunter bansari pukul 13:43 WIB. Kamipun bersitirahat dan memasak di sana hingga pukul 15:47 WIB.

 

~ Sunrise Huter Bansariss

 

KAMIS, 30 AGUSTUS 2018

Untuk menjadi Anggota Muda Wanasetya, kami pra-ang harus melaksanakan ekspedisi di gunung yang ada di Pulau Jawa. Gunung ini tentunya harus memenuhi syarat yang diberikan kakak-kakak wanasetya yaitu memiliki ketinggian lebih dari 3000 mdpl dan minim sumber air. Sehingga kami bermusyawarah dan sepakat untuk memilih Gunung Sindoro dengan jalur Kledung, Bansari, dan Alang-alang Sewu. Untuk pertama kalinya ekspedisi diadakan melewati tiga jalur. Ekspedisi ini akan berlangsung maksimal 5 hari tapi kami hanya menggunakan 4 hari saja ( 27 Agustus 2018 – 31 Agustus).  Untuk itu kami melakukan persiapan segala rundown kegiatan ekspedisi kali ini harus dengan matang. Ini adalah catatan perjalanan kami via kledung.

Tim yang akan melewati jalur kledung adalah kak sukro, kak lanting, kak molen, kak oge, dias (korlap), abim, vitro, ardi, dan ulza. Kami tiba di basecamp pukul 10.48 WIB, kemudian beberapa dari kami melakukan simaksi, dan lanjut makan siang bersama. Pukul 11.30 WIB kami mulai melakukan perjalanan dimulai dengan doa bersama. Selanjutnya pukul 12.45 WIB kami tiba di Pos 1 setengah, dan istirahat selama 15 menit. Pukul 13.00 WIB kami kembali melanjutkan perjalanan.

Ketika perjalanan menuju Pos II, kak lanting mengalami kram pada betisnya, sehingga kami istirahat sebentar untuk memastikan kondisi kak lanting baik baik saja. Kemudian pukul 13.45 WIB kami sampai di Pos II untuk sekedar istirahat sebentar, Kemudian kami melanjutkan perjalanan pukul 14.10 WIB. Dengan trek yang berpasir kami sedikit kesulitan karena licin sehingga tetap harus berhati hati. Pukul 14.30 WIB kami sampai di Pos III, dikarenakan kabut yang semakin tebal kami memutuskan untuk beberapa dari kami melanjutkan perjalanan ke sunrise camp. Beberapa dari kami tiba di sunrise camp kemudian mendirikan tenda dan menyiapkan minuman hangat. Pukul 16.20 WIB beberapa dari kami akhirnya sampai dan istirahat.

Picture1

 

Selama di sunrise camp kami melakukan sholat dzuhur ashar yang di jama’ takhir,mendirikan tenda, masak, kemudian sholat magrib, makan bersama, sharing-sharing, sholat isya, kemudian persiapan tidur. Tentunya hal ini membuat kekeluargaan diantara kami makin erat, dan lebih dekat dengan kakak-kakak wanasetya. Pada dini hari pukul 02.30 WIB kami bangun untuk persiapan summit ke puncak sindoro. Sayangnya kami sedikit molor untuk summit sehingga pukul 06.30 WIB kami berangkat. Walau trek semakin terjal, tapi dengan pemandangan yang luar biasa membuat rasa lelah itu sendiri tidak terasa. Pukul 07.25 WIB kami sampai di Pos IV “ Batu Tatah ” kami istirahat dan sekedar berfoto bersama , kemudian melanjutkan perjalanan pukul 07.55 WIB. Kemudian akhirnya kami sampai pukul 08.45 WIB di Puncak Sindoro, disana kami bertemu dengan teman dan kakak wanasetya yang melalui jalur Bansari dan Alang-alang sewu, selanjutnya kami mendapatkan arahan dan pelantikan kami sebagai angota muda, tidak hanya itu kami juga mendapat nama lapangan. Setelahnya kami berfoto bersama, dan turun pukul 11.00 WIB.

Kami semua turun melalui jalur kledung, tentunya dengan jalur yang licin membuat kita harus sangat berhati-hati, Pukul 15.55 WIB kami semua tiba di sunrise camp, disana kami istirahat dan makan siang, selanjutnya kami melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya pukul 19.10 WIB kami sampai di basecamp via kledung, kami membersihkan pakaian dan melaksanakan sholat di masjid dekat basecamp. Tentunya disinilah kami akan pulang ke daerah tujuan masing-masing, beberapa dari kami ada juga yang kembali ke Jakarta. Demikianlah catatan perjalanan selama eksepdisi via kledung yang kami buat, Mohon maaf atas kesalahan yang terdapat pada tulisan ini. Terimakasih.

 

Gunung Sindoro merupakan gunung Berapi aktif yang terletak di Jawa Tengah, dengan koordinat 7° 18′ 3.77″ LS, 109° 59′ 48.76″ BT.  Gunung Sindoro terletak berdampingan Dengan Gunung Sumbing. Ketinggian puncaknya adalah 3153 MDPL. Terdapat kawah disertai jurang yang cukup besar pada puncaknya, yakni dibagian sisi barat laut dan sisi selatan. Akses untuk menuju gunung Sindoro dapat ditempuh melalui Wonosobo ataupun Temanggung. Berikut ini adalah catatan perjalanan pendakian Gunung Sindoro melalui Base Camp Bansari.

Jalur Bansari merupakan salah satu jalur pendakian Sindoro yang terletak di Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Akses ke Bansari bisa dijangkau dari Kota Temanggung menuju Parakan dan dilanjutkan ke Kecamatan Bansari dan menuju Basecamp Kompas (Komunitas Peduli Alam Sindoro). Basecamp Bansari terletak 300 meter dari Kecamatan Bansari. Dengan Rute yaitu : Semua Kota >> Temanggung >> Parakan >> Bansari >> Basecamp Kompas

Pada tanggal 27 September 2018. Wanasetya mengadakan kegiatan Ekspedisi yang bertujuan membentuk jiwa petualang dan bagian dari pendidikan Pra-Anggota untuk menjadi Anggota Muda. Rangkaian kegiatan terdiri dari 2 paket utama,yakni Bakti Sosial dan Pendakian Ke Gunung Sindoro melalui tiga jalur yang berbeda. Perjalanan dimulai dari tempat kami berdomisili ,Yakni Kampus STMKG,Pondok Betung,Tangerang Selatan. Dengan menggunakan tiga Angkot yang Kami Sewa untuk membawa Rombongan yang berjumlah 27 orang (17 orang Pra-Anggota;10 orang Anggota tetap) menuju terminal Pondok Pinang dengan tariff sewa per mobil  adalah Rp100.000,00. Tujuan kami adalah Wonosobo, sebuah kota dimana nantinya kami akan melakukan Bakti sosial dan gerbang menuju lokasi pendakian. Dari terminal Pondok Pinang kami menggunakan jasa bus PO. Murni Jaya menuju Terminal Mendolo, Wonosobo, dengan tarif perorang yakni Rp95.000,00.  Bus Berangkat sekitar pukul 19.00,oleh karena itu kami segera melakukan shalat Jamak Isya dengan Maghrib. Setelah sepuluh jam perjalanan. Sampailah kami di Kabupaten Wonosobo. Kami tidak berhenti di terminal tetapi di Pom Bensin Ngasinan untuk menghindari calo Bus dikarenakan kami telah janjian dengan salah satu supir bis kota untuk mengantarkan kami ke Base Camp

Picture1

Pom Bensin Ngasinan Menjadi check point pertama dalam kegiatan ekspedisi kali ini. Kami bergegas menurunkan barang dari bus dan menuju ke musholla pom bensin, untuk bersiap-siap melakukan Bakti Sosial dan melakukan pengecekan barang-barang terutama logistik untuk pendakian. Pada saat yang bersamaan, kami membagi dua kelompok, kelompok pertama mengurus bakti sosial dan kelompok kedua bertanggung jawab atas logistik.

Picture2
(kelompok dua sedang membagi logistik)

Waktu sudah menunjukan pukul 05.30, saatnya bakti sosial harus segera dilaksanakan. Bakti sosial kali ini kami mengusung tema “Bersama Peduli Lombok” dengan kegiatanya yaitu penggalangan dana yang dilakukan secara dinamis mengelilingi sebagian kota Wonosobo. Dimulai dari Titik awal yaitu Pom Bensin Ngasinan, kami perlahan bergerak maju menuju alun-alun Wonosobo. Antusiasme warga lokal begitu besar terhadap aksi kami. Tak memandang status ekonomi, donatur datang dari berbagai kalangan. Seolah tak mau kalah untuk berbuat baik membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa Musibah

Picture3
(antusiasme warga setempat untuk memberikan donasi)

Pada awalnya Target dana yang terkumpul hanya Rp500.00,00. Namun karena antusiasme yang sangat tinggi, tidak lebih dari tiga jam kami dapat mengumpulakan donasi sebanyak Rp1.329.600,00. Hal ini benar-benar diluar dugaan hanya ucapan terima kasih yang dapan kami sampaikan atas kepercayaan seluruh masyarakat yang mau menyumbangkan hartanya melalui kami. Dengan menaiki mobil pick up yang secara sukarela mengantarkan, kami kembali ke Pom Bensin Ngasinan untuk menghitung dan merekap donasi yang diberikan kepada kami

Picture4
(Temen-temen rinsu Sedang menghitung dan merekap donasi)

Semua sesuai dengan rundown, sekitar pukul setengah Sembilan pagi seluruh rangkaian bakti sosial benar-benar terselesaikan dan logistik telah dibagi rata kepada masing-masing kelompok pendakian. Tak lama pun bus yang akan mengantarkan kami menuju base camp Sindoro pun tiba, kami bergegas menaikan barang ke dalam bus dan bersiap untuk melakukan kegiatan pendakian, tak lupa doa bersama kami lakukan sebelum berpisah untuk kembali dipertemukan di Puncak Sindoro

Picture5
(Wanasetya Ekspedisi Sindoro 2018)

Untuk menjadi Anggota Muda Wanasetya, kami pra-ang harus mengikuti pendidikan lanjut ketika Pendakian Massal yang berlangsung selama 2 hari ( 6 Juli 2018 – 8 Juli 2018 ), tentunya dengan fisik dan mental yang sudah dibina selama satu minggu.  Untuk itu kami melakukan persiapan barang-barang dengan teliti agar barang bawaan tidak ada yang tertinggal. Kami akan melewati jalur Cibodas berbeda degan peserta pendakian massal yang melalui jalur Gunung Putri.

Pada hari Jum’at, 6 Juli 2018 Pukul 19.05 WIB kami memulai perjalanan dengan berjalan kaki menuju Stasiun Pondok Ranji, sesampainya disana kami menunggu KRL yang menuju Stasiun Bogor. Pukul 19.53 berangkat dari Stasiun Pondok Ranji menuju Stasiun Bogor, sampai pada pukul 21.52 WIB. Selanjutnya kami menggunakan angkutan umum menuju basecamp via cibodas dan sampai pukul 01.52 WIB, kemudian kami diberi waktu istirahat sekaligus mendapat arahan dari kakak-kakak yang mendampingi.

Kemudian pukul 03.35 kami melanjutkan perjalanan, pendakian malam mungkin akan lebih banyak resiko daripada pendakian siang, tapi dengan semangat dan kekompakan dapat kami lalui. Pukul 05.00 WIB kami menunaikan ibadah sholat subuh sekaligus sarapan di Pos 1. Selanjutnya kami sampai di kandang badak pukul 07.00 WIB, ini lebih cepat dari yang kami targetkan yaitu sekitar pukul 08.00 WIB. Kami istirahat dan mengisi air sebagai sumber air kami selama pendakian di kandang badak

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pangrango. Nah, perjalanan mendaki puncak dari Kandang Badak cukup memakan waktu yang lama. Yakni 2 jam perjalanan masing-masing, menuju puncak gunung Gede atau puncak gunung Pangrango. Nanti kita akan bertemu dengan percabangannya, kiri untuk puncak Gede, kanan untuk puncak Pangrango. Dibawah ini merupakan peta jalur pendakian via Cibodas.

Picture1

Selama perjalanan, ada dua orang teman kami yang mengalami cedera sehingga kami tidak dapat sampai puncak pangrango sesuai target, kami sampai pukul 12.00 WIB. Saat berada di puncak kami istirahat dan makan siang, lalu menuju Mandalawangi untuk menunaikan ibadah sholat dzuhur, setelahnya kami mendapat arahan dari kakak-kakak wanasetya.

Kemudian pukul 14.43 WIB kami kembali turun ke Kampung Badak untuk kembali mengisi sumber air dan istirahat. Pukul 17.16 WIB kami siap melakukan pendakian ke puncak Gede. Dalam perjalanan menuju puncak Gede kita akan bertemu dengan jalan yang bercabang, satu jalan memutar, satunya lagi jalan via tanjakan yang sangat ekstrim dinamakan “Tanjakan Setan”. Kami mendaki via jalur Tanjakan Setan pada waktu magrib , setelah melewatinya kami sampai pada puncak gede pukul 19.00 WIB, angin di puncak gede cukup kencang sehingga kita harus sangat berhati-hati. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Alun-alun Surya Kencana karena disanalah kami akan bermalam. Kami sampai pukul 20.58 WIB di Alun-alun Surya Kencana, kemudian kami langsung mendirikan tenda dengan flysheet dan masak untuk makan malam ini, selalu ingat selelah apapun kita harus tetap mengisi tenaga agar badan tetap fit.

Kemudian kami dibangunkan pada pukul 04.30 WIB untuk mendapatkan arahan dan nasehat dari kakak-kakak wanasetya, setelahnya kami diberi waktu untuk masak, makan dan packing semuanya. Kami menuju camp tenda pembina dan pendaki taruna STMKG lainnya yang melalui jalur Gunung Putri. Sebelum menuju puncak gede kembali, kami melakukan foto bersama. Kemudian kami pra-ang kembali dikumpulkan untuk mendapatkan arahan dan persiapan menuju puncak gede. Pukul 08.15 WIB kami berangkat dan sampai puncak pukul 09.02 WIB. Kami kembali mendapatkan arahan dan memulai kembali perjalanan pukul 09.15 WIB.

Kami tidak turun via Tanjakan Setan lagi dikarenakan banyaknya pendaki lain sehingga kami memilih jalur lain, kami sampai di Kampung Badak pukul 10.00 WIB, istirahat dan mengisi sumber air. Kemudia pukul 10.27 WIB kembali melanjutkan perjalanan turun. Kami kembali istirahat pukul 11.06 WIB di Batu Kukus 1 pukul 11.06, kemudian lanjut perjalanan lagi, kami menuju Air Terjun Cibereum dan sampai pukul 11.50 WIB, disana kami mendapat arahat dan nasehat dari kakak-kakak wanasetya, sayangnya kami belum mendapat hak sebagai anggota muda. Walaupun demikian kami harus tetap semangat dan terus meningkatkan loyalitas di wanasetya. Setelahnya kami membersihkan badan dan mengganti pakaian, kemudian kami melanjutkan perjalanan turun ke basecamp, kami sampai pukul 15.05 WIB. Di basecamp kami istirahat dan sekedar bercanda untuk menghilangkan rasa lelah sembari menunggu peserta pendakian massal.

Pukul 19.05 WIB kami pra-ang dan peserta pendakian massal bersiap untuk pulang ke Pondok Betung dengan bus STMKG. Kemudian sampai di kampus pukul 01.30 WIB. Kemudian kami diperkenankan untuk pulang dan istirahat. Demikianlah catatan perjalanan selama Pendidikan Lanjut Wanasetya yang kami buat, Mohon maaf atas kesalahan yang terdapat pada tulisan ini. Terimakasih.

 

Picture2

PENDAKIAN MASSAL WANASETYA 2018

Posted: November 3, 2018 in Uncategorized

Pendakian Massal  merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh wanasetya, bertujuan untuk membentuk taruna/i STMKG memiliki rasa tanggung jawab untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam dan untuk memunculkan rasa cinta terhadap lingkungan. Kali ini Penmas  dilaksanakan pada Jumat sampai hari Minggu pada tanggal 6 – 8 Juli 2018. Kegiatan pendakian massal kali ini diikuti oleh 92 orang taruna/i dan didampingi oleh 2 pembina yakni Bapak Nardi, S.T, M.Kom selaku Pembina Wanasetya dan Kaprodi Meteorologi Bapak Dr. Aries Kristianto, M.Si

Kegiatan dimulai pada Jumat, 6 Juli 2018 pukul 16.00 WIB di depan Guest House untuk persiapn seperti pengecekan barang, pembagian alat-alat kelompok. Setelah itu, peserta berangkat pukul 20.00 WIB menuju pos pendakian Gunung Putri  menggunakan 2 bus, 1 elf dan 1 pregio. Sabtu, 7 Juli 2018 pukul 04.00 WIB, peserta melanjutkan perjalanan menggunakan angkot ke pos pertama. Sesampainya di pos pertama, peserta melakukan ishoma sebelum berangkat melanjutkan perjalanan.

Setelah melewati 5 pos pada pendakian via Gunung Putri yakni pos informasi, pos Legok Leunca, pos Buntut Luntung, pos Lawang Sekateng, pos Simpang Maleber peserta sampai di alun alun Surya Kencana pada pukul 11.00 WIB disini peserta mendirikan tenda dan beristirahat sesuai arahan dari panitia.

Minggu, 8 Juli 2018 kegiatan dilanjutkan dari alun alun Surya Kencana ke puncak Gunung Gede. Disini peserta diberi kesempatan untuk mengabadikan momen perjalanannya dan menikmati indahnya negeri di atas awan sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Setelah itu, peserta turun sesuai arahan panitia dan berhenti di Cibodas. Sesampainya di Cibodas, peserta melakukan ishoma sebelum pulang menuju kampus. Perjalanan dilanjutkan, dan peserta sampai kampus dengan selamat.

Sekian cerita dari Penmas 2018, sampai berjumpa kembali di pendakian tahun depan.

 

Wanasetya!!

HUHA!

Picture1

Picture2

Picture3

STMKG BERBAGI TAKJIL

Posted: September 29, 2018 in Uncategorized

 

a

b

 

Tangerang Selatan (4/6) – Resimen Korps Taruna Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bekerja sama dengan Bidang Kerohanian Islam (Rohis) STMKG dan Bidang Wanasetya STMKG menyelenggarakan kegiatan bertajuk “STMKG Berbagi Takjil”. Informasi terkait pengumpulan donasi yang dibuka sejak Rabu, 30 Mei 2018 sampai Sabtu, 2 Juni 2018 disebarluaskan kepada seluruh taruna/i STMKG dalam rangka memberikan sarana maupun fasilitas untuk memudahkan taruna/i memberikan sedikit bantuan maupun amal kebaikan bersamaan dengan waktu di bulan Ramadan 1439 H.

 

Kegiatan pembagian takjil dilaksanakan pada Minggu, 3 Juni 2018 dimulai pukul 16.00 WIB di beberapa tempat terdekat kampus diantaranya Jalan RC Veteran dan Stasiun Pondok Ranji. Sasaran penerima takjil adalah masyarakat umum yang menaiki kendaraan bermotor, pejalan kaki, kendaraan umum dan pengunjung stasiun. Takjil berupa snak makanan ringan dan air mineral gelas dibagikan oleh perwakilan taruna/i STMKG yang berpartisipasi dari Bidang Wanasetya STMKG dan Rohis STMKG.

 

Taruna Tegar Alfy Ariandy selaku Komandan Resimen Korps Taruna STMKG diiringi diantaranya Kedeputian I, Kedeputian II, Kedeputian III, Kedeputian IV, Komandan Batalyon I, Komandan Batalyon II, dan Komandan Polisi Taruna serta jajaran resimen lainnya. Aksi sederhana yang diselenggarakan diharapkan dapat memberikan kebaikan kepada masyarakat umum yang sedang menjalankan ibadah puasa guna mmudahkan dalam berbuka.

 

cd

efGambar : Pembagian Takjil di Jalan RC Veteran dan Stasiun Pondok Ranji

 

Olahraga Arus Deras

Posted: Januari 15, 2018 in Uncategorized

26804750_1440120992782684_112120943432232767_n

Pada awal tahun 2018, Wanadri mengadakan kegiatan arung jeram atau yang lebih di kenal dengan sebutan Olah Raga Arus Deras (ORAD). Kegiatan  ini mulai diperkenalkan tahun 1975 dengan diadakannya Lomba Arung Sungai Citarum. Sejak saat itu ,perkembangan kegiatan ORAD semakin banyak diminati berbagai kalangan terutama pada organisasi penggiat alam terbuka.

Kegiatan ORAD dari Wanadri kali ini bertajuk Wanadri For You yang dilaksanakan di Sungai Cianten, Bogor, selama 3 hari dari  tanggal 12 sampai 14 Januari 2018. Peserta yang mengikuti sebanyak 40 orang, dengan komposisi 37 laki-laki dan 3 perempuan dari berbagai kalangan. Dari 40 orang tersebut, terdapat 3 anggota Wanasetya yang ikut bagian menimba ilmu dan mengayuh dayung.

Berikut ini resume kegiatan ORAD

Hari Jumat (12/01/2018)

Peserta mendapatkan materi – materi tentang Olahraga Arus Deras. Diantaranya materi dasar ORAD, Manajemen Logistik, Water Rescue dan Medis. Selanjutnya para peserta akan melakukan simulasi pengarungan dan River Camp dalam dua hari kedepan.

Hari Sabtu (13/01/2018) s.d. Minggu (14/01/2018)

Peserta memulai simulasi pengarungan di sungai Cianten, Bogor.  Peserta didampingi oleh pelatih ORAD Wanadri dan mencoba melakukan simulasi penggambaran riam, renang offensive/defensive, standby rescue hingga river camp.

Sumber Foto : Tim Dokumentasi Wanadri For You

Tanam dan Pelihara Mangrove

Posted: Desember 23, 2017 in Uncategorized

WhatsApp Image 2017-12-21 at 11.05.08

Wanasetya mengikuti Kegiatan Tanam dan Pelihara (KETAPEL) Mangrove part 3 (Desember Edition). Kegiatan ini bekerja sama dengan Sioux Indonesia “Penanganan Ular yang Tepat”. Kegiatan dilaksakan pada Minggu, 17 Desember 2017 di daerah Pesisir Marunda (Rusun Marunda Cluster B).

Peserta kegiatan Ketapel Mangrove diikuti 45 peserta dari berbagai komunitas dengan 11 di antaranya adalah 10 anggota tetap Wanasetya (Kak Dewi, Kak Dinda, Kak Hilmi, Kak Inggit, Kak Rahman, Kak Tina, Kak Iqmal, Ana, Afi, dan Shifa) dan 1 pra anggota Wanasetya(Yakobus ). Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan jenis-jenis tanaman mangrove, cara penanamannya yang benar, dan fungsinya bagi kehidupan masyarakat utamaya yang bertempat tinggal di daerah pesisir pantai.

Selama di sana, peserta diberikan sosialisasi jenis tanaman, teknik penanaman bibit mangrove yang benar, serta penjelasan mengenai fungsi dari tanaman mangrove oleh Kemangteer Jakarta. Selain itu, ada Sosialisasi tentang habitat ular, biologis ular, jenis-jenis ular, bahaya ular, dan cara penanganan jika tergigit ular oleh Sioux Indonesia. Kegiatan ditutup dengan penanaman 300 bibit mangrove di bibir pantai.

Simak video kegiatan tersebut

 

Basic Mountaineering Course

Posted: Desember 9, 2017 in Uncategorized

WhatsApp Image 2017-12-09 at 09.23.39

Backpacker Jakarta mengadakan event perdana Basic Mountaineering Course. Acara tersebut bertujuan untuk memberikan beberapa materi Teori dan Praktek Lapangan seputar pengetahuan dasar yang wajib diketahui untuk para pendaki gunung.  Dalam kegiatan yang diikuti berbagai komunitas tersebut, Wanasetya mengirimkan 3 perwakilannya untuk menimba ilmu dari kegiatan tersebut. Anggota yang berangkat adalah Pandu, Kholis, dan Akhadi.

Kegiatan dilaksanakan pada  hari Sabtu,  11  November 2017 – Minggu, 12 November 2017. Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda dengan lokasi teori berada di Kampung Cikoneng, Cisarua – Bogor dan lokasi orientasi medan di Gunung Luhur.

Dalam kegiatan tersebut yang menjadi pembicara di antaranya Badan Diklat Wanadri,  Bulan Sabit Merah Indonesia, dan Consina. Materi yang diberikan di antaranya

  1. Pertolongan Pertama Gawat Darurat
  2. Manajemen Perbekalan dan Perjalanan
  3. Bantuan Hidup Dasar Alam Terbuka
  4. Navigasi Darat
  5. Pemilihan Standar Peralatan Pendakian

WhatsApp Image 2017-12-09 at 09.23.36

Wanasetya mengadakan kegiatan pendidikan Dasar (Diksar) Calon Anggota Wanasetya XV. Diksar merupakan bagaian pendidikan yang harus dilalui calon anggota untuk menjadi anggota tetap Wanasetya. Kegiatan Diksar dilakukan untuk menumbuhkan empati para calon anggota Wanasetya kepada alam sekitar. Diksar tahun ini diikuti 18 calon calon anggota yang terdiri dari 15 taruna dan 3 taruni dari angkatan 2017. Diksar dilaksanakan mulai Kamis, 30 November 2017 s.d. Minggu, 3 Desember 2017 di Gunung Kencana, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Kamis, 30 November 2017.

Kegiatan diksar dimulai pukul 19.30 WIB dengan arahan dari pembina Wanasetya dan kakak-kakak Wanasetya di depan Guest House. Calon anggota Wanasetya dibagi menjadi 3 regu untuk memudahkan koordinasi, untuk setiap regu berjumlah 6 orang. Sebelum berangkat, calon anggota dibagikan bekal dan perlengkapan yang akan digunakan seperti peralatan navigasi darat.  Calon anggota berangkat dari kampus STMKG menuju stasiun Pondok Ranji untuk ke Stasiun Bogor. Setibanya di Stasiun Bogor, perjalanan dimulai dengan Long March dipimpin oleh Kak Rahman dan Kak Shandy menuju lokasi yang dituju.

Jumat, 1 Desember 2017

Pada pukul 07.30 WIB, para calon anggota tiba di persimpangan jalan sebelum masuk ke rute pendakian. Sebelum menyusuri rute pendakian, calon anggota sarapan pagi untuk mengisi energi yang terkuras. Setelah sarapan, calon anggota melanjutkan perjalanan salah satu Masjid di kaki Gunung Kencana karena tidak lama lagi akan masuk waktu shalat Jumat.

Setelah Sholat Jumat, kegiatan dilanjutkan dengan praktik Navigasi Darat. Para calon anggota secara berkelompok melakukan orientasi peta untuk menentukan lokasi mereka saat itu, tetapi karena tebalnya kabut dan terbatasnya jarak pandang. Kakak Wanasetya memberikan sedikit clue bantuan untuk menentukan posisi mereka saat itu dan akhir titik posisi mereka di dekat pemukiman warga. Setelah calon anggota tiba di titik posisi sudah di titik tersebut semua, kegitan dilanjutkan dengan praktik man to man, tiap kelompok diminta melakukan Man to Man menuju Pemukiman selanjutnya melewati perkebunan teh. Kegiatan man to man selasai pukul 3 sore karena cuaca kurang mendukung dan semua regu beristirahat di pos 1 pendakian Gunung Kencana.

Keadaan cuaca pun mulai membaik. Seluruh calon anggota dan panitia kembali ke masjid yang sebelumnya dipakai sholat Jumat. Perjalanan melewati jalan yang dipakai sebelumnya hingga hari mulai memasuki malam. Setelah sampai di Masjid, calon anggota membangun bivak dan menyiapkan makan untuk menghabiskan malam.

Sabtu, 2 Desember 2017.

Calon anggota kembali ke lokasi sebelumnya melalui jalan yang berbeda, dan mulai memasuki hutan untuk kegiatan survival. Para calon anggota dibagi menjadi 2 sampai 3 orang perkelompok dan diberikan tempat tertentu untuk mendirikan bivak.

Minggu, 3 Desember 2017

Calon anggota melanjutkan kegiatan susur sungai. Setelah selesai kegiatan, kegiatan diksar ditutup dengan melakukan pelantikan calon anggota menjadi pra anggota Wanasetya. Para calon anggota mengucapkan nama, alasan masuk Wanasetya dan peran apa yang akan dilakukan untuk Wanasetya dengan lantang sambil menaruh bendera Wanasetya di jantung. Setelah kegiatan diksar ditutup, pra anggota dan kakak-kakak Wanasetya kembali pulang ke tempat tinggalnya masing-masing.