Ekspedisi Riak Cisadane Wanasetya 18-20 September 2013

Posted: November 24, 2013 in Uncategorized

  Wanasetya angkatan X kali ini akan mengadakan expedisi ke gunungciremai. Tepat dua hari setelah tes TKD dari Badan Kepegawaian Nasional yang menentukan nasib kedepan para taruna taruni STMKG. Tanggal 18 September 2013 kami berangkat dengan wajah cerah dan ikhlas karena walaupun bertampang kampungan, Alkhamdulillah kami anak gunung semua lulus tes TKD.

            Jam 07.00 WIB kumpul di basecamp Wanasetya tepatnya di jalan wadassari 2, pondok betung, Tangerang selatan . Pasukan berjumlah 10 orang. Dua orang dari angkatan IX yakni Aditya Rahman (Cedot ), Cahya Putra N. (Tompel)  delapan orang dari angkatan X yakni Arman (Juple), Ayudian (Kipit), Aziz Setia Aji (Bogal ), Dede Faisal (Panjul ). Dedi Sunardi (Moleng),  Ikhsan Buyung ( Pentol), Muhammad Andria Niza (Wirog), dan Sulkhi (Pakuni).

                                      Image

                                      Image

            Sebelum berangkat kami berdoa dan pamitan dengan sesepuh ketua Wanasetya, Nurdeka Hidayanto (Babe). Jam 08.15 kami berjalan ke jalan raya pondok betung untuk menunggu angkot 06 menuju perempatan veteran. Kami merogoh uang Rp 3.000,00. Sampai di perempatan veteran jam 08.45 . Segera kami menunggu Bus Agramas jurusan Pasar rabo yang datang jam 08.55 . Tarifnya Rp 5.000,00 . Sampai di Pasar rabo jam 09.20 dan membeli buah-buahan untuk bekal menu cuci mulut di gunung. Harga buah cukup terjangkau di sini, tak heran jika berjejer toko buah ramai pembeli.

            Perjalanan dilanjutkan ke Kuningan dengan Bus Setia negara tepat jam 09.35 . Aku tertidur berkali-kali saat itu namun sayangnya masih juga belum sampai tujuan. Perut yang sedari pagi belum terisi mulai bernyanyi riuh. Jam 12.00 masih di Indramayu sepuluh menit kemudian aku melihat lautan di sisi kiri bus dekat dengan jalan raya. Sambil menikmati lautan aku dan sulkhi makan berdua bekal nasi lauk telur dadar. Saat aku lihat di kursi belakang, rekan-rekanku banyak yang tertidur pulas, aku berpikir pasti mereka sudah makan nasi uduk bawaan dari pondok betung. Sejak saat itu aku tak tertidur lagi sampai akhirnya sampai jam 14.15  turun pertigaan Linggarjati. Bayar Rp 52.000,00 / orang.

            Cari tempat numpang sholat di warung padang. Tapi makannya di Warteg bukan di warung padang tempat numpang sholat. Lebih murah warteg sih,.. hehe

            Perut telah terisi penuh dan kami cek perbekalan. Dedi membeli satu kardus Aqua yang dibagi pada tiap carier. Setiap anak bawa 3 botol berisi 1,5 Liter. Saat di supermarket aku membeli coklat dan ada-ada saja penjualnya berkata “Hati-hati naik gunung ciremai banyak teman dari alam lain. Berani ya mbak?”. Tak beda jauh dengan penjual makanan di Warteg, ceritanya horor terus. Memang ku akui banyak cerita horor yang terdengar bahkan sebelum penduduk asli bercerita. Buatku selama kami berniat baik dan tidak merusak atau mengganggu, kenapa harus takut? Kekuatan Allah lebih besar bro,.. hehe

            Dari pertigaan kita melanjutkan jam 15.23 naik angkot ke Basecamp 1, Cilimus. Saat melintas di runtuhan bangunan, Adit berkata “Bukankah itu camp nya ya? Tapi kok hancur”. Angkot masih melaju karena pak supirnya juga nggak tahu pasti tentang camp. Setelah bingung dimana letak basecamp, akhirnya angkot puter balik dan mencari informasi di Masjid Al-Barkah sekalian sholat Ashar. Menurut informasi basecamp yang pernah ada telah dihancurkan. Kini perizinan sementara berada di depan Masjid Al-Barkah, kita harus setor nama-nama pendaki beserta nomer handphone. Akhirnya perizinan selesai dan kita diantar penjaga camp ke tempat terakhir di ujung jalan sebelum jalan setapak.

                                      Image      

Sebelum naik beliau memberi beberapa wejangan tentang Gunung Ciremai. Jadi Gunung Ciremai itu dulu yang membuka jalan pertama kali adalah para Wali (pemuka agama). Gunung ini terkenal dengan tempat musyawarah para wali dan tempat bertapa para wali. Tempat musyawarah itu berada di sekitar Pos Kikuwu. Di tempat tersebut terdapat sumber air dari patahan pipa aliran warga. Air tersebut terkenal dengan kandungan RO yang tinggi sehingga dipercaya berkhasiat menambah energi bahkan mampu menyembuhkan penyakit. Setiap pendaki disarankan meminum air tersebut untuk menambah energi. Selain itu kita mendapat wejangan tentang larangan bersiul saat mendaki, tentang tata cara buang air kecil harus di tanah kemudian bekasnya ditimbun dengan tanah pula, tentang etika selalu sopan menjaga sikap dan tidak berkata-kata kotor. Dan jika terdapat hal yang tidak diinginkan, segeralah kumandangkan adzan.

Jam 17.00 kami berdoa bersama dan berangkat. Naik dari ketinggian 650 mdpl, start terendah gunung di Indonesia. Sekitar tiga puluh menit jalan sudah kulihat kanan kiri penuh kuburan tua. Ada juga kulihat taburan bunga warna merah di atas kuburan. Aku tak bisa memperhatikan lama ke arah kuburan karena rombongan harus terus berjalan. Sampai jam 18.00 di Pos Kikuwa, tempat terakhir sumber air. Kami berhenti untuk sholat magrib dan mengisi air. Saya sarankan untuk membawa perbekalan air yang banyak karena ini adalah sumber terakhir air yang dapat ditemui.

Perjalanan dilanjut. Malam ini begitu indah. Bulan begitu terang bersinar mengiringi perjalanan kami. Sayup sayup suara alam begitu manja memainkan perannya. Malam ini begitu cerah dan canda renyah sering terujar dari duo the ‘d’ yakni dede dedi. Aku menikmatinya saja sambil tersenyum simpul.

Pasukan terdepan berjalan dede dan niza, ikhsan kemudian ada arman, sulkhi, disusul di belakangnya aku, aziz, dedi, cahya, dan paling belakang adit. Sekitar jam 20.00 kami melewati jalan yang rimbun bambu dan bercabang dua. Jalan ke kiri yang begitu terjal dan jalan kanan yang landai. Niza berkata “ Tanda pita orange ke kiri, lewat kiri”, aku heran kenapa aku malah lihat ada pita di jalur kanan. Mungkin aku salah lihat, aku hanya diam dan ikut barisan depan. Medan yang kami lalui tambah berat, bebatuan dengan kemiringan 70’ – 80’. Setelah setengah jam kami lalui, baru sadarlah ternyata tak ada jalan. Terlalu sulit dilanjutkan dan kita putar balik melewati jalan berbeda. Tak jauh dari sana terlihat Pos Condang amis. Sampai pukul 21.00 dan kami segera mendirikan tenda, masak air, bikin susu coklat, masak kacang hijau selebihnya ngobrol sampai larut hingga jam 23.30 semua masuk tenda. Tidur. Kami membawa dua tenda, dan di tengah-tengah tenda dipasang flysheet. Tenda khusus cewek berisi dua orang beserta barang-barang pasukan dan selebihnya para cowok tidur di tenda yang terkait dengan flysheet.

 

 19 September 2013

Besoknya tepat jam 04.50 aku terbangun. Dingin banget. Alaram saling bersahutan berbunyi tak mau mengalah, seolah mencari perhatian dari lelapnya tidur. Aku segara sholat subuh dan mempersiapkan diri keluar tenda. Udara pagi menelusup kealiran darahku. Dingin. But,… Time is cooking! Menu pagi hari ini cah kacang, susu jahe, dan kacang hijau. Kita mulai makan jam 06.30 selanjutnya persiapan beres-beres, berdoa dan mulai berangkat. Jam menunjukkan pukul 07.50 .

                                     Image

Jam 08.35 kita break di Pos Kuburan kuda. Aku mulai bertanya dalam hati ‘mana letak kuburannya?’

Ditengah perjalanan ke pos selanjutnya kami melihat ada jamur hutan. Aku rasa itu jamur merang. Dan kami sepakat untuk mengambilnya. Ikhsan yang bersemangat mengambil jamur yang menempel di pohon besar tersebut. Jamurnya ternyata banyak dikerubuti serangga mirip kepik dan beberapa lebah di sekitarnya. Jamur merang lumayan buat makan malam.

Jam 09.25 kami break 15 menit di Pos Pangalap 1650 mdpl.

                                     Image

Setelah berjalan lagi sampai 25 menit sulkhi mulai sedikit drop namun itu masih bisa teratasi.

Jam 10.12 melewati Pos Tanjakan Seruni dengan ketinggian 1825 mdpl.

Perut mulai lapar dan kami memutuskan break jam 12.40 di tengah jalan. Aku mengeluarkan cadangan makanan masakanku, kacang hijau. Dan cahya mengeluarkan crispynya. Kita makan siang pengganjal perut bersama. 17 menit kemudian kita naik lagi. Tapi si dedi mulai kram. Perlu olesan minyak tawon.

Perjalanan kami termasuk santai dan menikmati. Pasalnya semalam kami mencicil perjalanan sampai condang amis. Target pendakian sampai puncak sebelum matahari terbenam.

Sebelum sampai Pos berikutnya ada tempat datar yang luas untuk break. Saat itu kami bertemu dengan 4 pendaki yang baru turun gunung. Mereka berbincang basa basi dengan kita dan akhirnya berpisah.

Jam 11.42 sampai di Pos Bapa Tere dengan ketinggian 2025 mdpl.Break. Ayo semangat kawan! :D

Di Pos Batu lingga jam 12.40 istirahat dan sholat. Break yang paling lama, 65menit. Ada yang geletakan meregangkan otot bahkan ada yang sempat tertidur. Yang paling exist di depan kamera si dede, dedi, niza, ikhsan dan cahya. Terlalu lama break badan jadi dingin sebaiknya segera dilanjutkan perjalanannya. Jalan!

                                   Image

                                  Image

52 menit kemudian sampailah di Pos Sangga Buana I, ketinggian 2500 mdpl. Udara mulai dingin 5 menit setelahnya aku mulai mual dan muntah. Sepertinya masuk angin. Aku mulai melambat berjalan sedangkan yang lain memburu di depan. Jam 14.40 barisan paling belakang break duluan Aku, sulkhi, aziz, dede. Aku lihat keatas ada Dedi, ikhsan dan niza. 15 menit kemudian sampailah di Pos Sangga Buana II.

                                 Image

                                Image

Ikhsan dan Niza berjalan dulu sedangkan si cahya, adit, arman sudah tak terlihat batang hidungnya. Barisan belakang mulai berjalan, dan aku hampir-hampir tak mau berjalan lagi. Bukan karena aku tak kuat, tapi terlalu indah hamparan awan awan rendah menyita perhatianku. Terasa seperti terbang di atas awan. Dari arah timur terlihat samar keangkuhan gunung slamet. Disisi arah selatan terlihat pula gunung papandayan. Tatanan Kota Cirebon yang terlihat bak miniatur. Serta aliran-aliran sungai yang terlihat mengular. Pohon-pohon pendek enggan tumbuh tinggi, pohon berlumut hijau tebal. Medan semakin terjal bebatuan. Terlihat pula pesawat yang melintas jauh terbang tinggi menyisakan gas buangannya, contrai. Bunga edelwaish pun malu-malu mulai menampakkan diri. Manis sekali. Bisakah aku lebih lama menikmati semua ini?

                                     Image

Tiba di Pos Pangasinan dengan ketinggian 2800 mdpl, break dulu jam 15.15 . Pangasinan adalah Pos terakhir sebelum mencapai puncak. Viewnya begitu menawan, cocok untuk tempat melihat sunrise. Mulai terlihat pula burung berwarna hitam yang mendekati kami. Ia sama sekali tak terganggu dengan munculnya manusia. Menurut pengalaman dari pendaki, burung ini nantinya yang akan mengantarkan kita ke gua kelelawar tempat camp para pendaki.

20 menit break, saatnya tancap gas menuju puncak sebelum sunset. Semangat!

Alkhamdulillah jam 17.30 saat matahari akan terbenam kami sampai di puncak.

                                       Image

                                       Image

                                       Image

Bayang-bayang gunung terlihat disebelah timur. Matahari akan segera tenggelam. Langit semburat memancarkan warna yang kaya. Aku melihat kebawah terlihat kawah putih memadat yang telah nonaktif, meskipun begitu bau belerang masih dapat tercium. Samar-samar dari arah timur terlihat bulan. Dan aku baru sadar kalau malam ini bulan purnama setelah matahari benar-benar lenyap. Siang berganti malam. Matahari yang garang berganti dengan bulan yang menawan. Manisnya.

                                       Image

                                       Image

Tradisi upacara dimulai, dan penyerahan atribut telah dilaksanakan.

Setelah cukup, kami mulai menyusuri puncak dengan memutar arah menuju Goa Walet. Kami akan camp di sana. Jaraknya tidak jauh dari puncak hanya saja cukup terjal untuk mencapainya. Di Goa Walet terdapat sumber air dari tetesan dinding goa, ini adalah satu-satunya sumber air.

                                 Image

                                Image

Menu makan malam, tumis jamur hutan, sarden ala ciremai, es sarang buah, dan kawah teh manis. Hehehe… Perut kenyang, sudah malam, waktunya tidur.

 

20 September 2013

            Saatnya masak. Menu pagi ini pecel sayur kecambah, nuget, susu hangat. Nyam nyam,… perut kenyang, beres-beres, berdoa, siap berangkat pulang! :D

                               Image

            07.10 kami mulai beranjak turun, melewati beberapa pos dengan terbang, eh maksudku berlari. Kami melewati jalur yang lain. Terdapat pos pasanggrahan, pos tanjakan aroy (2200 mdpl), pos arban (2050 mdpl), pos pangguyangan badak (1800mdpl). Sampai jam 09.25 di sumber air Cigowong 1450 mdpl, kami break lama di aliran sungai dan berjalan lebih santai. Jam 10.30 akhirnya kami sampai di desa penduduk. Ini hari Jumat, saatnya mencari masjid untuk sholat jumat dan bersih-bersih badan.

            Tak lupa kami mampir ke Pos Cigugur untuk laporan bahwa kami telah turun dengan lancar dan selamat. Alkhamdulillah,… saatnya kembali ke Basecamp, Bintaro.

                                Image

 

Dan sedikit ucapan dari anak manusia yang lemah ini:

Terima kasih penguasa alam semesta

Terima kasih Ayah dan Ibu

Terima kasih alam nusantara

Terima kasih purnama termegah

Terima kasih puncak termanis

Terima kasih saudaraku Wanasetya

Terima kasih teman seperjalananku

Terima kasih orang-orang yang telah menyayangiku

Terima kasih,…

 

 

Ayudian “Keep It” Rahma

http://gigigingsoel.wordpress.com/2013/11/23/ekspedisi-gunung-ciremai-jawa-barat/

Tinggalkan komentar