Pendakian Bersama Gunung Salak 22-24 juni 2007

 

Welcome to Salak mount

 

 

 

 

 

 

 

Sedikit Cerita dari Gunung Salak!!!

Setelah gunung GEDe tahun lalu sekarang kita naek ke gunung salak

Memang ga banyak yang ikut Cuma  11 orang (gw,ummul ”wonder women I 

,anton,ezot,boleng,aveb,dian,itoh “wonder women II”,aan,budut,agus. mohon maap klo ada yang lupa)hee….

Perjalanan  berawal dari pondok betung mnuju cputat by angkot S10, nympe cputat dah magrib langsung k rambutan,shalat magrib di jalan baru,setelah itu nggu bis!!!!!!!

Kebayang ga kita nggu bis sambil duduk kyk glandangan di jalan baru ga da bis,hee…

Eitsss.. bis dtang GO TO SUKA BUMI

 

Nyampe malam, turun, ngeteng naek mobil,ampe kawasan perkemahan CANGKUANG

Makan dulu keburu laper,badan dah panas salat isya go to base camp I.

Melewati jalan beraspal memang bikin bosan,mana ada track gunung yang diaspal,heee

Masuk hutan!!!!

Tau ga”, walaupun udah ada tracknya, tapi terlalu rimba, kita ampe mutar2 dua kali di track yang sama”sedikit angker mlm itu,he,,,,”akhirnya dengan istighfar kita menemukan jalan dan nyampe di pos satu

 

ESOK PAGI PREPARE TO PUNCAK!

JGN SEKALI KALI REMEHIN SALAK

walau Cuma 2211 mdpl,tapi dari basecamp ! k puncak medannya ngalahin GEDE

Kata bapa yang punya warung harus bawa persediaan air klo naik,coz diatas ga ada air sama sekali  TERBUKTI

KITA ampe kekurangan air, medannya naek turun bukit, and view diatas ga seindah di puncak GEDE coz kawah salak itu dipinggang gunungnya,,

Ajaib:di puncak ada makam lochhhhh

Jgn kaget klo blum tau,”diatas puncak ada makam ”EYANG

Dengan tenaga yang tersisa kita turun dengan tertatih tatih….

Ngecamp lagi… semalam, air di gunung salak dingin bangettt ini adalah sumber air kehidupan orang jkt makanya ga boleh dicemari

Ini air sumber mata air AQUA katanya???????

Akhirnya walau ga jadi k kawah puas juga naik kgunung salak coz dah nyampe puncak!!

 

 

 

 

 

 

.

 

 

 

 

 

 

 

Sedikit cerita tentang gunung salak

 

Sebagai salah satu dari sekian banyak obyek wisata alam yang dimiliki Gunung Salak, Kawah Ratu yang terletak di ketinggian 1.338 meter di atas permukaan laut memang menawarkan kesegaran. Suhu yang berkisar antara 10-24 derajat Celcius selalu membuat udara dingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suasana alamnya. Apalagi tempat ini sering kali dijamah hujan di saat sore.

Inilah antara lain yang membuatnya beda dengan dua kawah lain di kawasan yang memiliki luas sekitar 30 hektar ini: Kawah Mati I dan Kawah Mati II. Meskipun kedua kawah yang saat ini sudah tidak aktif lagi itu juga memiliki ketinggian yang hampir sama: Kawah Mati I, yang terletak di utara Kawah Ratu, sekitar 1.330 meter; sedangkan Kawah Mati II, yang berlokasi di bagian selatan, sekitar 1.335 meter

Terletak di sebelah utara Kota Bogor, keberadaan kawah-kawah ini sudah tak asing lagi bagi warga Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabotabek). Bahkan sejumlah turis dari luar negeri juga tertarik untuk mengunjunginya. Tujuannya pun beragam. Dari hanya sekadar berekreasi menikmati indahnya alam hingga untuk keperluan pengobatan.

”Selain memberikan ketenangan, tempat ini memiliki keindahan yang jarang ditemui di tempat saya,” kata Rolf, turis asal Inggris yang telah dua kali menyambangi Kawah Ratu ini. ”Dan saya sangat senang ke sini, karena keindahan kawahnya.”

Kawah Ratu memang memiliki daya tarik yang unik bagi setiap pengunjungnya. Daya tarik utamanya, antara lain adalah aktivitas geologinya. Sepanjang hari kepundannya selalu mendidih dan mengeluarkan gas asam sulfida (H2S) dengan baunya yang menyengat. Dan kadangkala, kawah ini mengeluarkan suara gemuruh akibat semburan uap air panas yang membentuk kabut.

Tapi, tak hanya itu daya tarik kawah yang masuk wilayah Cidahu, Kabupaten Sukabumi, ini. Aliran Sungai Cikuluwung yang melintasi kawah sepanjang satu kilometer itu pun menawarkan pemandangan lain. Air yang begitu bening membuat dasar sungai tampak jelas. Warna kuning kehijauan akibat endapan belerang membuat dasar sungai Cikuluwung begitu indah dinikmati.

Namun, keindahan dasar sungai ini bukan satu-satunya pemikat hati para pengunjung untuk meluangkan waktu mereka demi menikmatinya. Pemikat lainnya adalah suhu air yang terasa hangat-hangat kuku. Sehingga sungai ini menjadi pilihan utama bagi para pengunjung untuk berendam. Apalagi, air sungai yang mengandung asam sulfida ini diyakini dapat mengobati berbagai macam penyakit kulit.

Itu sebabnya bukanlah hal aneh bila Anda melihat puluhan orang yang berendam di sungai Cikaluwung. Pemandangan seperti itu sudah menjadi hal yang biasa bagi para pengunjung Kawah Ratu. Peminatnya, mulai dari orang tua sampai anak-anak. Mereka semua menyempatkan diri untuk berendam ke sungai yang dalamnya sekitar 50 cm ini.

 

 
 
 
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Meskipun Kawah Ratu ini masih aktif, tapi tak mengganggu kehidupan vegetasi tanaman di kawasan itu. Beberapa jenis tumbuhan ternyata masih dapat hidup, di antaranya adalah tanaman Romogiling (Sceferra actinophylla). Ujung daunnya berbentuk agak bulat. Vegetasi ini merupakan tanaman yang dominan menghiasi kawah. Sedangkan beberapa pohon berkayu lainnya tampak mati akibat hangus terbakar oleh aktivitas kawah. Dan sebagai bagian dari kawasan hutan alam Gunung Salak, Kawah Ratu pun tergolong sebagai hutan heterogen. Sehingga kesejukan udara alamnya sangat terasa.

Namun, sangat disayangkan bila pengelolaan aset alami ini tak serius. Faktanya, Kawah ratu terkesan ditelantarkan. Ini terlihat dari begitu banyaknya sampah yang berserakan di sekitar kawasan Kawah Ratu. Bahkan, papan informasi yang bertuliskan ”Dilarang Berkemah di Areal Kawah” pun tak luput dari coretan tangan jahil para pengunjung. Begitu pula nasib batu-batu kali yang terdapat di pinggir Sungai Cikaluwung. Akibatnya, keindahan alam yang — seharusnya — mampu memukau hati pengunjung tampak suram.

Ketidakseriusan pemerintah dalam mengelola kawasan Kawah Ratu sebagai obyek wisata juga tampak dari tiadanya panduan tentang kawah tersebut. Padahal, setiap pengujung yang ingin memasuki wilayah ini harus merogoh kantungnya untuk membayar retribusi. Untuk naik ke kawah misalnya, setiap pengunjung dikenai biaya Rp 4.000. Tarif ini terdiri dari biaya untuk kunjungan ke Cidahu sebesar Rp 2.000. Dan ditambah biaya kemping Rp 2.000 per malam. Asumsi petugas, setiap pengunjung yang naik ke kawah dipastikan langsung mendirikan tenda.

Akibat tak adanya panduan tersebut, informasi perihal asal-usul Kawah Ratu menjadi pun jadi tak jelas. Padahal, informasi seperti ini sangat efektif untuk menyedot pengunjung yang lebih banyak lagi, seperti yang dilakukan pengelola wisata alam lainnya di Tangkuban Perahu, Lembang, Jawa Barat.

sebenarnya, terdapat tiga jalur yang bisa dilalui pengunjung untuk dapat mencapai kawasan Kawah Ratu. Dua jalur dapat ditempuh dari Kabupaten Bogor yang terletak di sebelah utara Gunung Salak, yaitu Pasir Reungit dan Bumi Perkemahan Gunung Bunder. Sedangkan jalur linnya dapat ditempuh melalui Bumi Perkemahan Cangkuang, Cidahu, Kabupaten Sukabumi, di sebelah selatan Gunung Salak.

Untuk masuk dari Kabupaten Bogor, Anda dapat manempuhnya dari Simpang Cibatok. Selanjutnya Anda dapat naik angkutan umum yang siap mengantar Anda sampai ke Pasir Reungit atau Gunung Bunder. Sedangkan, jika Anda ingin menuju Cidahu dengan kendaraan umum, Anda dapat berhenti di Simpang Cidahu. Dari sana Anda dapat naik angkutan umum sampai terminal, dan melanjutkan perjalanan ke Bumi Perkemahan Cangkuang dengan jasa ojek.

Pada jalur pertama, melalui Pasir Reungit, jarak dan waktu tempuhnya tak seberat melalui Gunung Bunder atau Cidahu. Jarak antara Pasir Reungit-Kawah Ratu sekitar empat kilometer dan dapat ditempuh jalan kaki selama dua jam. Sementara, melalui jalur Gunung Bunder dan Cidahu, jarak yang harus ditempuh sejauh enam kilometer dengan waktu tempuh selama tiga jam jalan kaki.

Bila Anda adalah orang yang menyukai petualangan alam, jalur Cidahu mungkin adalah yang terbaik. Pasalnya, sambil naik-turun lembah, Anda dapat menikmati indahnya alam pegunungan di kawasan ini. Beberapa lintasannya bahkan akan memaksa Anda untuk menaiki akar-akar yang menjurai di jalan setapak yang lebarnya hanya semeter ini. Namun, dengan beratnya trek yang dilalui, ternyata tempat ini sangat memberikan keindahan suasana hutan Gunung Salak yang begitu indah.

Di sini Anda akan banyak menemui aliran-aliran sungai yang terkadang airnya menggenangi trek yang Anda lalui. Kicau burung, denyit serangga, dan suara monyet hutan, masih kerap terdengar, bila Anda memilih jalur Cidahu ini. Sementara, jalur Gunung Bunder pada prinsipnya hampir sama dengan jalur yang dilalui melalui Pasir Reungit. Sebab pada kilometer ketiga dari Gunung Bunder, jalur ini akan bertemu di persimpangan jalur Pasir Reungit.

Berhati-hatilah terhadap pacet. Sebab, seperti layaknya kawasan wisata alam Gunung Salak, kawasan Kawah Ratu ini juga menjadi tempat yang nyaman bagi kehidupan jenis lintah yang seringkali menempel ke bagian tubuh Anda ini. Jika tidak selalu rutin memeriksa tubuh, tak mustahil Anda bakal jadi sasaran pacet-pacet yang menempel dan menghisap darah. Untuk itu, ada baiknya Anda membawa tembakau untuk mengatasi serangan pacet ini.

 

 

Pelajaran yang harus diambil:

dua minggu setelah kita turun dari gunung salak, 6 orang siswa  salah satu SMP negeri di jkt meninggal dunia di kawah ratu, ini bukan kecelakaan, tapi kecerobohan karena mereka turun ke kawah ratu tanpa memakai masker, UNTUK TEMAN-TEMAN PECINTA ALAM/PRAMUKA KALAU PERGI KE KAWAH YANG MASIH AKTIF HARUS MEMAKAI MASKER KLO BISA MASKER BASAH

apalagi ke kawah ratu yang masih aktif dan sangat reaktif( tingkat keaktifan belerangnya sangat tinggi)

Komentar
  1. nona berkata:

    what a memorable journey with all of u sobat.
    i will always miss our next foot step in the wild nature, mountain peak.
    we are the winner if we can face our fear.

  2. idanih berkata:

    hei…hei…hei…hei umulcumulunimbus!!!!!!slamat ya…slamat ya…slamat ya…
    slamat berbagi cerita bersama blogger-blogger lt4. alwys waitin ur updted blog yak

  3. nona berkata:

    sorry ya sir, comment kedua tu salah alamat. dari mba ida itu..

  4. anolles berkata:

    apapun aktifitas menikmati n mensyukuri karunia illahi sebaiknya kita selalu menghormati kehidupan/ekologis disana. ga sedikit para pencinta alam yang mencoreng keindahan alam….
    kontribusi apa yang telah kita berikan terhadap alam…..
    apakah aktivitas kita bisa ditolelir oleh semua daya dukung kawasan disana……
    ingatlah bahwa kita adalah pencinta alam….. bukan perusak alam…
    salam rimba…

    anolles

Tinggalkan komentar